PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI
A.
Pengertian
Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen
atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi ini disebut
asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan
pada jaringan normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu
orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius (Perry,
2005: 933).
Infeksi dalam kamus
kedokteran merupakan penembusan dan penggandaaan dalam tubuh dari organisme
yang hidup ganas seperti bakteri, virus dan jamur.sedagkan infeksi perinatologi
yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus terjadi pada masa prenatal, intra
natal, postnatal. Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR dan
bayi yang lahir di rumah sakit.
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak
terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan persalinan
dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan
untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan
tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karenabakteri, virus, dan
jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit
berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara pengobatannya, seperti
misalnya HIV/AIDS (APN, 2007: 7).
B. Transmisi Kuman
Transmisi
kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsure
antara lain :
1. Reservoir merupakan
habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme (MO), dapat berupa manusia,
binatang, tumbuhan dan tanah.
2. Jalan masuk merupakan
jalan masuknya MO ke tempat penampungan dari berbagai kuman seperti saluran
pernapasan, pencernaan , kulit, dan lain-lain.
3. Inang (Host) tempat
berkembangnya suatu MO, yang dapat didukung oleh ketahanan kuman
4. Jalan keluar tempat
keluar MO dari reservoir, seperti system respirasi, pencernaan, alat kelamin,
dll.
5. Jalur penyebaran
merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman MO ke berbagai tempat,
seperti air, makanan, udara, dll.
C.
Teknik Isolasi
Prinsip teknik isolasi
adalah sebagai berikut :
1.
Isolasi sumber infeksi
Diruang maternitas infeksi, seperti hepatitis
B, Tuberkulosis, Salmonella atau Staphylococcus aureus yang resisten terhadap
penisilin (Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Isolasi sumber
infeksi merupakan istilah yang digunakan untuk asuhan yang bertujuan
mengisolasi infeksi; yang akhirnya dapat diartikan dengan mengisolasi wanita
yang terinfeksi. Gammon (1998) membahas dua pendekatan bertingkat yang
dilakukan di Amerika Serikat, yaitu standar pencegahan yang di ikuti oleh
pencegahan spesifik baik infeksi yang ditularkan melalui udara, droplet atau
kontak.
2.
Prinsip umum
a.
Di lingkungan RS, ruangan khusus dengan kamar mandinya merupakan
alat isolasi yang paling banyak digunakan ; akan sangat bermanfaat jika
terdapat juga ruangan khusus tempat menyimpan barang-barang yang diperlukan.
b.
Kamar harus dilengkapi dengan semua peralatan yang diperlukan,
seperti sfignomanometer, peralatan mandi, teko air dan gelas, kotak untuk
benda-benda tajam, sabun antibakteri, handuk sekali pakai,alat tenun,
kantong sampah berwarna kuning, stetoskop Pinard, dll. Tidak satupun dari semua
peralat tersebut yang boleh dikeluarkan dari ruangan sebelum dibersihkan atau
dibuang secara benar setelah ibu dipulangkan. Perabut yang tidak perlu harus
dikeluarkan dan tanda isolasi ditempel di pintu yang mengindikasikan bahwa
isolasi keperawatan sedang terjadi.
c.
Alat-alat yang diperlukan pada saat akan masuk kamar seperti
sarung tangan, skort,sekali pakai, masker, kaca mata pelindung, celemek plastic
dan sikat tangan antibakteri diletakkan di troli, di luar kamar.
d.
Bidan harus menghargai nilai tim multidisiplin: perawat
pengendali infeksi, ahli mikrobiologi, Obgien dan bidan semuanya perlu bekerja
sama dan berkomunikasi dengan baik untuk memberikan asuhan yang tepat kepada
ibu. Ibu juga perlu diingatkan untuk tetap berada di dalam kamarnya untuk
melahirkan dan tindakan kewaspadaan tambahan harus dilakukan dengan tepat.
e.
Ibu perlu memahami alasan dilakukannya isolasi dan bagaimana ia
dapat membantu keberhasilan filosopi keperawatan. Keperawatan isolasi ini dapat
menjadi isolasi social, dan bidan harus dapat meyakinkan ibu bahwa kesehatan
psikologinya juga diperhatikan seperti halnya kesehatan fisik. Terkadang ada
staf khusus yang ditugaskan untuk merawat ibu yang terinfeksi, dan staf tersebut
tidak boleh berhubungan dengan ibu yang lain, terutama yang mudah terinfeksi.
Teknik
memasuki, merawat dan meninggalkan ruang isolasi adalah sebagai berikut :
1.
Siapkan alat tambahan yang diperlukan
2.
Cuci tangan, pakai sarung tangan, celemek, dan pakaian pelindung
lainnya yang diperlukan untuk melakukan prosedur.
3.
Ketuk pintu; masuk ke ruangan dan kemudian tutup pintu kembali.
4.
Lakukan asuhan yang diperlukan, selesaikan seluruh tugas di
dalam kamar; Baki makanan dapat dibawa ke luar ruangan, layanan khusus untuk
membersihkan ruangan dan kamar mandi setiap hari.
5.
Pada saat akan meninggalkan ruangan, lepas semua alat pelindung,
tinggalkan di ruangan tersebut dan cuci tangan.
6.
Tutup pintu saat keluar; gunakan sikat tangan antibakteri
setelah berada di luar kamar.
7.
Pada saat pemulangan, kamar harus segera dibersihkan secara
menyeluruh menggunakan larutan yang telah ditetapkan; mungkin diperlukan
pembersihan dengan uap panas.Semua perabot dan peralatan lainnya dicuci dan
dikeringkan : tirai pintu dikirim ke binatu, lantai berkarpek dapat dibersihkan
dengan uap panas.
Ada 3 poin utama yang
perlu diingat untuk teknik isolasi :
1. Teknik isolasi adalah
sebutan untuk metode perawatan pasien dengan penyakit yang mudah tertular.
2. Penting bahwa setiap
orang bertanggung jawab dan menggunakan teknik isolasi yang tepat untuk
mencegah penyebaran penyakit untuk orang lain.
3. Seluruh benda-benda
yang berhubungan dengan eksresi, sekresi, darah atau cairan tubuh yang
mengandung mikroba yang sudah dikenal atau masih dalam dugaan harus dianggap
terkontaminasi bahan-bahan potensial inspeksi, ini harus diberlakukan dengan
cara khusus.
D.
Cuci Tangan
Untuk
mencegah penularan infeksi kepada dirinya dan kliennya, para pelaksana
pelayanan KIA perlu mencuci tangannya sebelum memeriksa klien. Mencuci tangan
hendaknya menjadi suatu kebiasaan dalam melaksanakan pelayanan sehari-hari
(DepKes, 2000: 1).
Cuci
tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi
yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Tujuan cuci
tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari perrmukaan
kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen, 2004).
1. Indikasi
Cuci Tangan :
a. Sebelum
melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir
b. Setelah
kontak fisik dengan ibu dan bayi baru lahir
c. Sebelum
memakai sarung tangan DTT atau steril
d. Setelah
melepaskan sarung tangan
e. Setelah
menyentuh benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh atau selaput
mukosa lainnya.
2. Cara mencuci tangan :
a. Lepaskan
perhiasan di tangan
b. Basahi
tangan dengan air bersih dan mengalir
c. Gosok
kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti
septik selama 10-15 menit (pastikan sela-sela jari digosok secara menyeluruh).
Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
d. Bilas
dengan tangan dengan air bersih yang mengalir
e. Biarkan
tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau keringkan dengan kertas tissu
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
E.
Pelindung Diri
1. Mengenakan sarung tangan
steril
Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.
Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari
klien, mencegah penularan flora kulit petugas pada klien, dan mengurangi
kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari
klien satu ke klien yang lainnya.
Prosedur pemakaian :
a. Siapkan peralatan dan
bahan yang dibutuhkan
b. Lepaskan cincin, jam
tangan dan gelang
c. Lakukan cuci tangan
d. Buka pembungkus
kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping
e. Pegang kemasan bagian
dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas ketinggian
pergelangan tangan.
f. Buka kemasan,
pertahankan sarungtangan pada permukaan dalam pembungkus.
g. Identifikasi sarung
tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang lebih 5 cm
(2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih dominan.
h. Dengan ibu jari dan
dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung tangan
untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
i. Tarik sarung tangan
pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari-jari anda pada posisi
yang tepat.
j. Dengan tangan yang
telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset sarung tangan kedua.
k. Tarik sarung tangan
kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari
sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka.
Pertahankan ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang
l. Jika sarung tangan
kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya terbuka saat
pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.
2. Mengenakan gaun
(celemek) pelindung
Gaun ( dari kain ) yang bersh atau disposable ( dari bahan
sejenis kertas ) atau apron ( pakaian pelindung ) plastic digunakan saat
seragam perawat kemungkinan akan kotor. Umumnya, gaun disposable digunakan di rumah
sakit. Gaun harus mempunyai lapisan kedap air sehingga cairan dan cairan tubuh
tidak dapat tembus.
1. Memakai Gaun Bedah
Memakai gaun bedah dalah memakai / memasang baju
steril pada diri sendiri atau orang lain setelah cuci tangan, dengan
prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas dan mikroorganisme. Tujuannya
adalah untuk menghindari kontaminasi, agar tidak terjadi path luka operasi, dan
agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.
Prosedur pemakaian :
a. Cuci tangan dan
pembedahan.
b. Buka bungkusan steril
yang berisi baju steril oleh perawat sirkulasi
c. Ambil baju steril
secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher bagian dalam dengan
menggunakan tangan kiri dan posisi tangan kanan tetap
setinggi bahu.
d. Buka lipatan baju
dengan cara melepaskan bagian yang terjepit tangan dan jangan sampai
terkontaminasi.
e. Tangan kiri tetap
memegang bagian leher baju kanan dan masukkan tangan kanan ke lubang lengan
baju kanan, diikuti dengan tangan kiri dimasukkan ke lengan kiri.
f. Perawat sirkulasi
berdiri dibelakangnya untuk membantu mengikat tali baju dengan menarik bagian
belakang leher baju
g. Buka tali ikat
pinggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada perawat sirkulasi.
h. Dengan korentang tali
tersebut terjepit, orang yang memakai baju memutarkan badannya, kemudian
mengambil tali dan jepitan serta mengikat tali tersebut. Pada saat rnemutar
tidak boleh terjadi kontaminasi.
3. Mengenakan gaun untuk
ruang isolasi
Menggunakan penutup, pelindung, seperti penutup kepala, masker,
gaun/ baraskot, dan sarung tangan sebelum perawat masuk ke ruang isolasi.
Tujuannya adalah sebagai kewaspadaan untuk mengurangi penularan mikroorganisme
saat meraat pasien yang diisolasi serta melindungi perawat dari penularan
penyakit.
4. Mengenakan masker
Masker digunakan sebagai alatpengaman yang menutup lubang hidung
dan mulut. Tujuannya adalah untuk mencegah atau mengurangi transmisi
mikroorganisme melalui udara ( droplet infection ) saat merawat pasien yang
diisolasi serta melindungi perawat dari infeksi pernafasan, seperti
Tuberkulosis.
Prosedur pemakaian :
a. Tenukan tepi atas
masker ( masker biasanya mempunyai strip logam tipis disalah satu tepinya yang
dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan pangkal hidung pengguna ). Periksa
kebijakan institusi untuk menggunakan masker yang tepat.
b. Pegang masker pada
kedua tali bagian tali. Ikat kedua tali tersebut di belakang kepala dengan tali
di atas telinga.
c. Ikat kedua tali bawah
di sekitar leher dengan tepi masker bawah tepat di bawah dagu. Ada juga jenis
masker yang mempunyai tali elastic yang dikaitkan di kedua telinga.
5. Mengenakan tutup
kepala pelindung
Reservoar potensial lain untuk infeksi luka pasca operatif
adalah rambut petugas. Walaupun rambut jarang disangka sebagai reservoar,
dilaporkan adanya dua letupan kasus yang disebabkan oleh s. Aureus yang
masing-masing ditemukan pada rambut seorang dokter dan seorang perawat. Tidak
terdapat bukti bahwa topi mencegah penularan mikroorganisme dari rambut keluka
operasi. Walaupun pemakaian penutup kepala mungkin sesuai untk mencegah rambut
jatuh kelapangan operasi, namun keefektifan pelindung semacam itu berkaitan
dengan kemampuannya menutupi semua rambut dan kulit kepala.
F.
Aseptik dan Antiseptik
1. Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan untuk mencegah
masuknya MO ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
Teknik Aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan
penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah MO pada permukaan kulit,
jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman atau menghilangkannya secara
keseluruhan. Asepsis bedah (steril) adalah sterilitas kamar bedah dan
teknik-teknik yang digunakan didalamnya. Asepsis medis (bersih) dilakukan pada
hamper semua teknik/ prosedur.
Prinsip aseptik :
a. Cuci tangan: merupakan
prinsip asepsis yang paling penting. Dalam keadaan tertentu penggosokan tangan
dengan alcohol dapat diterima untuk prosedur biasa. Cuci tangan sebelum dan
setelah prosedur
b. Penggunaan paket dan
peralatan steril; Peralatan yang disterilkan secara sentral, biasanya
menggunakan autoklaf. Perubahan warna pada pembungkus menunjukkan sterilitas,
tetapi pembungkus tersebut diperiksa dengan baik untuk adanya robekan atau
basah. Peralatan steril harus digunakan sebelum kadaluarsa.
c. Penggunaan pakaian
pelindung
d. Penggunaan teknik
tanpa sentuhan; Teknik ini berkaitan dengan cara pembentukan daerah steril,
biasanya di troli balutan yang tidak boleh terkontaminasi dengan tangan belum
dicuci dan benda-benda yang tidak steril. Troli tersebut dapat dilap dengan
larutan desinfektan setiap kali sebelum digunakan. Rak bagian atas troli di
alas dengan duk steril, letakkan/jatuhkan alat steril setelah bungkus
luarnya dibuka. Bagian ini steril sehingga hanya boleh disentuh oleh tangan
yang sudah dicuci atau memakai sarung tangan steril, dan dibuka dengan cara memegang
sudut/ ujung pembungkusnya saja. Untuk mencegah kontaminasi lingkungan, maka
daerah steril harus ditutup dengan penutup steril.
2. Antiseptik
Antiseptik adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan
cara membunuh atau mengurangi jumlah MO pada jaringan tubuh atau kulit. Karena
kulit dan selaput lendir tidak dapat disterlisasi, maka penggunaan larutan
antiseptic bisa meminimalkan jumlah MO yang akan mengkontaminasi luka terbuka
sehingga dapat terjadi infeksi.
Larutan antiseptik bisa diterima :
a. Alkohol 60 – 90 %
missal; Etil, Isopropyl, atau metal spiritus
b. Setrimid /
klorheksidin glukonat : Savlon
c. Klorheksidin glukonat
4 % ; Hibiscrub, hibitan, Hibiclens
d. Heksaklofen 3 % ;
Phisohex
e. Paraklorometaksilenol
( PCMX/ kloroksilenol : Detol
f. Iodin 1-3 %, larutan
yang dicampur alcohol atau ater (e.g.Lugol) atau tincture ( iodine dalam
alcohol 70 % ). Iodin tidak digunakan pada permukaan mukose / Vagina
g. Iodofor : bethadin.
Klorheksidin glukonat dan Iodofor adalah antiseptic paling baik untuk digunakan
pada mukosa.
Cara penggunaan
larutan antiseptik :
Persiapan kulit atau
jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa yang sudah dibasahi larutan
antiseptic dengan gerakan memutar, bergerak melingkar dari tengah keluar
seperti spiral.Tujuan : dekontaminasi peralatan dan benda-benda yang digunakan
dalam prosedur bedah.
Sumber :
http://nitawahyuwardani.blogspot.com/2013/05/makalah-infeksi.html