Selasa, 22 Oktober 2013

MAKALAH TUNTUNAN AGAMA TERHADAP IBU NIFAS


MAKALAH
TUNTUNAN AGAMA TERHADAP IBU NIFAS
Dosen Mata Kuliah : Nur Wahyuni, M.Ag.


Disusun Oleh :
Kelompok IV
            1.   Rupina Rantika                   (17130073)
            2.    Rusniyati                            (17130074)
            3.    Syarifah Syakinah               (17130075)
            4.    Uni Kurniawati                   (17130076)
            5.    Winarsih                             (17130077)
            6.    Wiwin Lestari                     (17130078)
            7.    Yuni Tamagi                       (17130079)
            8.    Nur Endah Lestari              (17130080)
            9.    Susanti                               (17130081)
           10.    Tety Pratiwi                       (17130082)
SEMESTER I B

AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
Alamat : Jalan Pemuda, Gandekan, Bantul, Yogyakarta
Telp. (0274) 7418523




KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Tuntunan Agama Terhadap Ibu Nifas  ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada :
1.         Nur Wahyuni, M.Ag., selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2.         Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya Makalah Tuntunan Terhadap Ibu Nifas.
Dengan keterbatasan kemampuan kami dalam menyusun makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila ada kesalahan dalam penulisan nama seta gelar,dan kami juga mohon maaf apabila ada perkataan yang kurang berkenan.
Bantul, September 2013

Tim Penyusun
 
 







                                                                                                  
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................  i
KATA PENGANTAR .......................................................................................  ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................  iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................   1
      I.       Latar Belakang ..........................................................................................   1
     II.    Tujuan .......................................................................................................   2
    III. Manfaat .....................................................................................................   2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................   3
I.       Masalah Nifas ...........................................................................................   3
     II.    Persetubuhan (Jima’) .................................................................................   4
III. Kebersihan Mandi .....................................................................................   5
IV. Ibadah .......................................................................................................   6

BAB III PENUTUP ............................................................................................   7
I.       Kesimpulan ...............................................................................................   7
II.    Saran .........................................................................................................   7

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN







BAB I
PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Baik darah itu keluar bersamaan ketika proses melahirkan, sesudah atau sebelum melahirkan, yang disertai dengan dirasakannya tanda-tanda akan melahirkan, seperti rasa sakit, dan lain-lain.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan  yang mana 50%  dari kematian ibu tersebut terjadi 24 jam pertama setelah persalinan dan ada suatu hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama masa nifas, termasuk beribadah, bersetubuh dengan suami dan lain-lain. Untuk itu perawatan saat masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam kesehatan, anjuran untuk kebersihan, menghindari hal-hal yang tidak diperbolehkan. Selain perawatan nifas dengan memanfaatkan sistem pelayanan biomedical ada juga ditemukan sejumlah pengethun dan perilaku budaya dalam perawatan masa nifas.







II.                Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui masalah nifas.
2.      Untuk mengetahui hukum persetubuhan disaat sedang nifas.
3.      Untuk mengetahui cara kebersihan mandi setelah selesai nifas.
4.      Untuk mengetahui hukum ibadah diaat sedang nifas.

III.             Manfaat
1.      Mengetahui nifas dalam agama Islam.
2.      Mengetahui hukum nifas berdasarkan agama islam.



BAB II
PEMBAHASAN

I.                   Masalah Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Baik darah itu keluar bersamaan ketika proses melahirkan, sesudah atau sebelum melahirkan, yang disertai dengan dirasakannya tanda-tanda akan melahirkan, seperti rasa sakit, dan lain-lain. Rasa sakit yang dimaksud adalah rasa sakit yang kemudian diikuti dengan kelahiran. Jika darah yang keluar tidak disertai rasa sakit, atau disertai rasa sakit tapi tidak diikuti dengan proses kelahiran bayi, maka itu bukan darah nifas.
Selain itu, darah yang keluar dari rahim baru disebut dengan nifas jika wanita tersebut melahirkan bayi yang sudah berbentuk manusia. Jika seorang wanita mengalami keguguran dan ketika dikeluarkan janinnya belum berwujud manusia, maka darah yang keluar itu bukan darah nifas. Darah tersebut dihukumi sebagai darah penyakit (istihadhah) yang tidak menghalangi dari shalat, puasa dan ibadah lainnya.
Perlu kita ketahui bahwa waktu tersingkat janin berwujud manusia adalah delapan puluh hari dimulai dari hari pertama hamil. Dan sebagian pendapat mengatakan sembilan puluh hari.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud sradhiyallahu ‘anhu ,bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada kami, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang benar dan yang mendapat berita yang benar, “Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah seperti itu pula, kemudian menjadi mudhghah seperti itu pula.
Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan kepadanya untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Ibnu Taimiyah, “Manakala seorang wanita mendapati darah yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal) itu, maka tidak dianggap sebagai nifas. Namun jika sesudah masa minimal, maka ia tidak shalat dan puasa. Kemudian apabila sesudah kelahiran ternyata tidak sesuai dengan kenyataan (bayi belum berbentuk manusia-pen) maka ia segera kembali mengerjakan kewajiban. Tetapi kalau ternyata demikian (bayi sudah berbentuk manusia-pen), tetap berlaku hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu kembali mengerjakan kewajiban.” (Kitab Syarhul Iqna’)

II.                Persetubuhan (Jima’)
Jima’ menurut bahasa adalah mengumpulkan bilangan. Seperti ungkapan ungkapan “mengumpulkan” perkara seperti ini, maksudnya telah terkumpul bersamanya. Arti bahasa yang lain adalah persetubuhan atau persenggamaan.
Menurut istilah jima’ adalah memasukkan dzakar (penis) laki-laki ke dalam farji (vagina) perempuan. Dan bisa dikatakan jima’ walaupun yang masuk hanya kepala dzakar saja, ataupun hanya sentuhan antara kepala dzakar dengan farji. Adapun aktifitas antara seorang suami dan istrinya sebelum memasukkan ini disebut sebagai pendahuluan jima’.
Dikatakan jima’ apabila memasukkannya adalah ke dalam farji (vagina) perempuan. Seandainya penis masuk ke dalam dubur (anus) atau lubang di tubuh yang bukan farji maka ia bukan dinamakan jima’. Bahkan hal itu termasuk penyimpangan yang biasa dikenal sebagai liwath (sodomi).
Hukum persetubuhan disaat sedang nifas adalah sebagai berikut :
Suami haram melakukan jima’ disaat istri sedang menstruasi atau nifas. Ini sudah hukum dan ketentuan sah dari agama bahwa wanita mengeluarkan darah menstruasi atau nifas tidak boleh didekati dengan jima’.
Firman Allah SWT:
“Mereka bertanya pada engkau (wahai Muhammad) mengenai persoalan darah menstruasi, maka jawablah darah tersebut merupakan kotoran, oleh karenanya hindarilah wanita-wanita ketika dalam keadaan menstruasi, dan janganlah kamu bersetubuh dengan mereka sampai mereka suci. Manakala mereka sudah suci (kemudian melakukan mandi) maka bersetubuhlah kamu dengan mereka sebagaimana Allah memerintahkanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang ahli taubat dan ahli bersuci”.
(QS. Al-Baqarah: 222).
Para ulama kemudian mengqiyaskan bahwa tidak hanya mens saja melainkan wanita yang mengeluarkan darah nifas yang keluar setelah melahirkan juga wajib dijauhi seperti menjauhi tatkala mereka menstruasi.

III.             Kebersihan Mandi
Setelah selesai nifas seorang wanita diwajibkan untuk mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar (darah nifas) tersebut dengan cara membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala hingga ujung kaki.
A.    Fardhu Mandi
1.      Niat : bersama-sama dengan mula-mula membasuh tubuh.
Lafadzh niat :
ﻧﻮ ﻴﺖ ﺍﻠﻐﺳﻞ ﻠﺮ ﻔﻊ ﺍﻠﺤﺪ ﺚ ﺍﻻ ﻜﺑﺮ ﻔﺮﻀﺎ ﷲ ﺘﻌﺎﻠﻰ
“Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar fardhu karena Allah.”
2.      Membasuh seluruh badannya dengan air, yakni meratakan air ke semua rambut dan kulit.
3.      Menghilangkan najis.

B.     Sunnat Mandi :
1.      Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh tubuh.
2.      Membaca basmallah pada permulaan mandi.
3.      Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian kanan daripada kiri.
4.      Membasuh badan samapai tiga kali.
5.       Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu.
6.      Mendahulukan mengambil air wudhu yakni sebelum mandi disunnatkan berwudhu terlebih dahulu.

IV.             Ibadah
Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun sunnah, dan mereka tidak perlu menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm di dalam kitabnya al-Muhalla)
Shalat sebagaimana yang kita ketahui, sahnya juga suci dari hadast besar. Cara menghilangkan hadast besar tersebut yaitu dengan cara mandi wajib.


BAB III
PENUTUP

I.                   Kesimpulan
Nifas adalah darah yang keluar disebabkan oleh kelahiran anak. Hukum yang berlaku pada nifas adalah sama seperti hukum haid, baik mengenai hal-hal yang diperbolehkan, diharamkan, diwajibkan maupun di hapuskan. Karena nifas adalah darah haid yang tertahan karena proses kehamilan. Takaran maksimal bagi keluar darah nifas ini adalah 40 hari.
Seorang suami diharamkan untuk menyetubuhi istrinya selama dia masih nifas. Apabila darah nifas seorang wanita telah terhenti maka dia wajib mandi, sesuai dengan kesepakatan ulama umat ini sehingga wanita itu menjadi suci dari nifasnya, setelah itu suami diperbolehkan untuk menyetubuhinya.
Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun sunnah sebelum ia melakukan mandi wajib.

II.                Saran
Untuk dosen mata kuliah agama Islam diharapkan dapat memberikan bimbingan untuk tiap tenaga medis tentang cara islami menghadapi ibu yang mengalami nifas.



DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar